Senin, 21 April 2025

Masak Brengkes Khas Jambi, Pembuka Festival Suku Bathin IX Kenduri Swarnabhumi

Sabtu, 20 Juli 2024 - 16:56:00
Istimewa

Istimewa

 

JAMBI – Festival Suku Batin IX, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Kenduri Swarnabhumi 2024, dibuka dengan sebuah kegiatan yang menampilkan kuliner khas Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi, yakni Lomba Memasak Brengkes Ikan. Kegiatan yang digelar di Lapangan King Lion, Desa Muaro Singoan, Kecamatan Muarabulian, Sabtu (20/7/2024).
 
Ini tidak hanya memeriahkan 
suasana festival, tetapi juga mengangkat kembali tradisi kuliner lokal yang kaya rasa 
dan nilai identitas masyaramat setempat.
Pamong Budaya Ahli Utama Kemendikbudristek, Siswanto mengatakan pagelaran Festival Suku Batin IX yang menyajikan lomba memasak Brengkes Ikan memiliki peran penting dalam melestarikan sebuah kebudayaan. 
“Pagelaran di Desa Muaro Singoan dalam rangka Kenduri Swarnabhumi bisa 
mengangkat kebudayaan yang hampir punah,” ucap Siswanto.
 
Festival ini, lanjut Siswanto, menjadi ajang masyarakat saling berinteraksi dan 
bergotong royong melestarikan nilai-nilai budaya di tengah perkembangan teknologi.
Brengkes ikan adalah hidangan tradisional khas yang terbuat dari ikan-ikan dari Sungai 
Batanghari, dibaluri sambal tempoyak maupun sambal-sambal lain yang terbuat dari 
rempah-rempah lokal, lalu dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara 
dibakar. 
 
“Brengkes ikan adalah salah satu warisan kuliner kita yang kaya akan cita rasa dan juga 
sejarah,” ujar Kepala Desa Muaro Singoan, Samadani.
 
Menurut Samadani, setiap daerah di Jambi memiliki variasi brengkes mereka sendiri 
dan memasak brengkes ikan pada pembukaan Festival Suku Batin IX merupakan cara 
menunjukkan kekayaan budaya kuliner yang dimiliki.
 
Lomba masak brengkes ikan ini diikuti oleh ibu-ibu dari berbagai desa di sekitar Daerah 
Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Ibu-ibu yang memakai tengkuluk khas Jambi dan 
berkebaya ini memasak dengan menggunakan alat-alat tradisional dan kayu bakar 
seperti yang dilakukan nenek moyang mereka.
 
“Ini bukan sekadar lomba, tapi juga cara 
kami melestarikan tradisi memasak dengan cara yang alami dan tradisional,” tegas 
Pamong Ahli Budaya Kemendikbudristek, Siswanto.
 
Menurut Siswanto, memasak menggunakan kayu bakar memberikan rasa yang khas 
pada masakan yang tidak bisa ditiru oleh alat modern. Ia menambahkan, lomba 
memasak ini adalah salah satu cara memberikan nilai-nilai sosial dalam berinteraksi antarindividu. 
 
“Kebersamaan adalah kunci dari acara ini,” pungkasnya.
 
Keseruan Festival Suku Batin IX yang dimulai pada Sabtu, 20 Juli 2024 ini turut dirasakan 
para warga. Salah satu warga dan asli Suku Batin IX yang hadir, Nyimas Artika, merasa 
senang melihat antusiasme para peserta lomba. 
 
“Acara ini benar-benar menghidupkan 
kembali semangat gotong royong dan kebersamaan di desa kami,” ungkapnya. 
 
Selain lomba masak brengkes ikan, Festival Suku Batin IX juga menampilkan berbagai 
kegiatan menarik lainnya. Ada juga makan merawang (makan bersama dalam satu 
wadah) di pinggir sungai Batanghari, pameran objek diduga cagar budaya (ODCB), 
pertunjukan tarian dan lagu daerah, serta pasar budaya yang menampilkan berbagai 
kerajinan tangan dan kuliner lokal.
 
Kenduri Swarnabhumi, yang dibuka pada 5 Juni 2024 lalu, merupakan rangkaian 
kegiatan kebudayaan di sepanjang DAS Batanghari atas inisiasi berbagai kalangan 
masyarakat setempat serta didukung Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal 
Kebudayaan. Dukungan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam melestarikan 
dan memajukan kebudayaan lokal, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga warisan budaya.
 
Festival Suku Bathin IX, dengan segala keragaman acaranya, menjadi bukti nyata 
bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Acara ini tidak hanya menjaga 
warisan budaya tetapi juga mengadaptasi perubahan zaman, memastikan bahwa 
tradisi-tradisi ini tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang. Dukungan dari 
pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan 
festival ini, yang tak hanya merayakan budaya tetapi juga mempererat ikatan komunitas.(*)
 
Penulis: Ist
Editor: Raden Denni