Jakarta - Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro memaparkan bagaimana industri hulu migas memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi karbon, dan menjadi yang terdepan di Asia Tenggara dan sektor yang sedang tren yaitu carbon captured storage/Carbon Capture & Utilitzation Storage (CCS/CCUS). Hal tersebut disampaikanya ketika menjadi keynote speech dan narasumber di acara Lokakarya Media Periode II 2024 SKK Migas – KKKS Jabanusa yang diselenggarakan hari ini di Yogyakarta. Kegiatan lokakarya media tersebut dibuka oleh Pjs. Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Febrian Ihsan dan diikuti oleh Pimpinan Redaksi media di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dalam paparannya, Hudi menyampaikan mengenai situasi dunia yang dinamis dan menantang, termasuk bagaimana setiap negara berupaya keras mengamankan pasokan dan kecukupan energi (energi security & affordability), hal sama yang saat ini dilakukan Pemerintah di era transisi energi. Dia menyampaikan bahwa kebutuhan energi, terutama minyak dan gas akan meningkat, meskipun secara prosentase menurun, tetapi secara volume terus meningkat. Dia menyampaikan bahwa kebutuhan di tahun 2050 untuk minyak meningkat 139% dan gas meningkat 298% dibandingkan kebutuhan saat ini.
Pada saat kebutuhan energi terus meningkat, saat ini dunia dan juga Indonesia telah menyepakati melakukan berbagai upaya dalam mengurangi emisi karbon. Pemerintah telah menetapkan target nett zero emission (NZE) di tahun 2060.
Hudi menjelaskan bahwa SKK Migas telah memiliki rencana dan strategi (Renstra) Indonesia Oil & Gas 4.0 yang memiliki 3 target yaitu peningkatan produksi minyak dan gas, meningkatkan multiplier effect dan menjaga lingkungan berkelanjutan. Dia memaparkan bahwa di era transisi energi, peranan gas akan semakin penting karena gas adalah energi fosil yang mengeluarkan emisi karbon paling rendah dibandingkan energi fosil lainnya, sehingga dapat menjadi jembatan menuju transisi energi menuju penggunaan energi terbarukan secara penuh.
Dia menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi gas yang sangat menjanjikan, karena penemuan migas saat ini didominasi penemuan gas, begitu pula persetujuan plan of development (POD) untu proyek migas didominasi oleh proyek gas. Kegiatan eksplorasi hulu migas baru-baru ini telah mendapatkan giant discovery di Geng North Kalimantan Timur dan Layaran-1 Aceh yang tercatat sebagai penemuan gas nomor 1 dan nomor 2 terbesar di dunia di laut dalam.
Lebih jauh, Hudi menyampaikan bahwa Giant discovery di Geng North telah mendapatkan persetujuan POD nya, yang artinya hanya dalam waktu 10 bulan sejak di temukan di Oktober 2023, sudah bisa di POD kan di Agustus 2024 dan ditargetkan bisa onstream di tahun 2028 yang juga menjadi onstream proyek yang sangat cepat. Oleh karenanya, kedepan produksi gas akan meningkat pesat yang diperkirakan target produksi gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) atau meningkat 2 kali lipat lebih dibandingkan saat ini, bisa direalisaikan di tahun 2030.
Kemudian Hudi menyampaikan bahwa potensi gas sebagai energi di masa transisi ini harus betul-betul dimanfaatkan. Tantangannya adalah infrastruktur gas yang belum bisa sepenuhnya mendukung pemanfaatan gas untuk domestik. Seperti saat ini, dia menyebutkan karena belum tersambungnya pipa gas dari Batang ke Cirebon, maka Jawa Timur kelebihan 150 MMSCFD gas dan tidak terserap, sedangkan di Jawa Barat industri kekurangan gas.
Terkait kontribusi hulu migas terhadap keberlanjutan lingkungan, Hudi menyampaikan bahwa SKK Migas memiliki program low carbon initiative (LCI) yang mencakup : 1). CO2 sequestration CCS/CCUS, 2). Energy management energy, conservation, fuel substitution, 3). Futitive Emissions, 4). Zero Routine flaring Reduction, 5). Reforestration, 6). Policy & regulasi.
Untuk penanaman pohon, Hudi menyampaikan bahwa rata-rata dalam 3 tahun terakhir sudah ditanam diatas 1,6 juta pohon per tahun, dengan rincian di tahun 2021 ditanam 1,2 juta pohon 2022 1,7 juta pohon, kemudian 2023 2,2 juta pohn dan 2024 ditargetkan diatas 2 juta pohon.
Untuk CCS/CCUS, potensi di Indonesia dikatakan Hudi sangat besar, dan saat ini adalah negara paling maju di Asia Tenggara. Bahkan potensi CCS/CCUS tidak hanya untuk menyimpan CO2 dari hulu migas, tetapi juga sektor lain yang mengeluarkan CO2, bahkan bisa juga menyimpan CO2 dari negara lain sehingga kedepannya dapat menjadi bisnis yang baru, yang tidak hanya turut menjaga lingkungan tetapi juga menjadi pendapatan bagi KKKS dan negara.
Oleh karenanya, terkait lingkungan, Hudi menegaskan bahwa industri hulu migas berada di garda depan untuk menjaga dengan hasil yang sudah nyata, sekaligus menegaskan bahwa keberlanjutan industri hulu migas kedepan dipastikan akan terus pula menjaga keberlanjutan lingkungan untuk generasi yang akan datang. (*)