TANJABBARAT - Pak Janggut, legendaris pembakar lahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mulai menurunkan egonya. Hampir 64 tahun dirinya mempertahankan budaya membuka lahan dengan cara di bakar. Namun, ego itu kini mulai redam setelah hampir empat kali adanya pendekatan persuasif yang dilakukan oleh Kapolres Tanjabbar, AKBP Guntur Saputro.
Pak Janggut menyebutkan, bahwa selama 10 tahun terakhir sudah kerap kali sejumlah penegak hukum dan pihak lain yang datang untuk memberikan larangan terkait pembakaran lahan. Namun, semuanya dikatakan oleh Pak Janggut tidak pernah ada yang menawarkan solusi dari larangan membakar.
"Selama ini yang ada hanya melarang, tidak ada solusi. Saya kalo dilarang makin jadi, apalagi melarangnya marah-marah. Itu yang selama ini terjadi," ungkapnya.
Ia menyebut, kehadiran Kapolres Tanjabbar datang dengan silaturahmi dan membawa solusi. Diakui Pak Janggut bahwa awalnya respon buruk yang diberikan kepada Kapolres, hal ini lantaran Ia menduga bahwa dirinya akan dimarahi karena membakar lahan.
"Awalnya iya kita tidak mau terima pak Kapolres datang. Tapi selama ngobrol saya lihat berbeda dengan yang lain. Pak kapolres awalnya melarang saya tapi kemudian dia bilang suruh manfaatkan lahan jadi pupuk tanaman," sebutnya.
Namun, hal tersebut tidak terlalu digubris olehnya. Ternyata Kapolres tidak hanya datang satu kali, setidaknya sudah empat kali Kapolres datang dan Kamis (11/3) Kapolres bersama dengan personil polres Tanjabbar dan penyuluh pertanian tidur di lokasi lahan.
Upaya yang dilakukan ini ternyata memberikan tempat bagi Kapolres di hati Pak Janggut. Ia menyebut, kini menerima saran dari Kapolres dan kini tengah di lakukan oleh anak angkatnya (kelompoknya).
"Ya sekarang kita terima saran dari pak Kapolres karena tadi dia juga mau kasih solusi dan turun langsung untuk kasih solusi ke kita. Saya kasih waktu lah kepada pak Kapolres untuk lakukan solusi ini dan kalo berhasil kita tidak akan bakar lagi dan kalo tidak berhasil kita minta cari solusi lagi," ungkapnya.
Adapun solusi yang ditawarkan oleh Kapolres kepada Pak Janggut dan kelompoknya adalah dengan membuka lahan dengan cara ladang dan memanfaatkan limbah dari tanaman untuk di jadikan pupuk kompos.
Solusi ini diapresiasi dengan kelompok Pak Janggut. Diakui Pak Janggut satu bulan setengah ini dirinya tidak lagi membakar lahan. Ini juga sebagai janji yang Ia sampaikan kepada Kapolres untuk tidak membakar lahan dan mulai melakukan pengolahan pupuk kompos.
Diceritakannya, bahwa biasanya hampir setiap hari Ia membakar lahan untuk kemudian di tanam. Waktu yang dilakukan untuk membakar lahan seperti kondisi saat ini, ketika cuaca panas dan angin kencang. Lagi-lagi baginya dengan membakar lahan ini akan menyuburkan tanaman yang akan di tanam.
"Sebulan setengah ini saya stop. Tidak bakar lahan, saya sampaikan juga ke anak angkat saya untuk tidak bakar lahan, kamu istirahat saja. Biasanya mereka jaga lahan kalo lahan itu saya bakar," sebutnya.
Kini, Pak Janggut mulai mengolah ranting-ranting tanaman serta daun-daun kering untuk di jadikan pupuk kompos. Selain itu, Pak Janggut dan kelompoknya mulai melakukan penanaman, meskipun saat ini masih diberikan bimbingan bersama dengan personil polres dan penyuluh pertanian serta seorang ahli pertanian.
"Kalo biasanya kan sudah kita bakar langsung tanam. Kalo ini kan hal baru, jadi memang masih banyak belajar. Kita juga berharap hasil nya lebih banyak dari kita menggunakan lahan yang di bakar," katanya.
"Kalo ini berhasil kita akan beralih tanam dengan cara ini. Tapi kalo memang hasilnya tidak sesuai ya kita tetap minta solusi sama pak Kapolres bagaimana hasil nya supaya lebih banyak dari yang kita dengan cara membakar," pungkasnya.
Pak Janggut dan kelompoknya adalah satu diantara masyarakat di luar sana yang sudah lama mempertahankan budaya membakar lahan. Namun, dengan pendekatan persuasif, sedikit demi sedikit mindset membakar lahan dengan cara membakar dan mindset tanah bekas bakaran dapat menyuburkan tanaman selamanya mulai berubah.
"Ya apalagi saya ini kan memang tidak banyak tahu soal tanaman, yang saya tau cuma bakar lahan, nanam sayuran, tumbuh sudah cukup untuk makan sehari-hari ya sudah. Tapi kalo dikasih solusi ini dan hasilnya akan baik, pasti kita terima dan tidak bakar lagi," pungkasnya.
Penulis: Deni YusniEditor: Riyan