Ia menyebutkan penggunaan tawas meningkat dari biasanya 18 ton per bulan menjadi 20 ton. Peningkatan penggunaan larutan tawas itu untuk memastikan air baku bisa jernih dan memenuhi syarat untuk diolah serta hasilnya sesuai dengan standar air minum yang layak bagi pelanggan.
Tawas adalah bahan kimia yang berguna untuk menjernihkan air yang keruh, berminyak hingga berlumpur. Hal ini karena tawas mengandung aluminium sulfat yang berfungsi sebagai koagulan dalam proses penjernihan air.
Supran menyebutkan, sumber air baku dari Perumda Tirta Batanghari saat ini sangat mengandalkan dari aliran Sungai Batanghari. Pihaknya harus memastikan kualitas air bersih yang dihasilkan tetap memenuhi standar untuk digunakan pelanggan, yang salah satunya dimulai dari pengolahan air baku.
Sementara itu, penggunaan tawas ini perlu dilakukan agar sumber air yang disalurkan ke masyarakat ini bisa layak untuk dikonsumsi. Kekeruhan air Sungai Batanghari saat ini mencapai 125 Nephelometric Turbidity Units (NTU), sehingga perlu dilakukan upaya lebih untuk penjernihannya.
"Perbandingan ini sangat jauh dari angka normal yang seharusnya hanya 50 NTU saja dan kondisi ini sudah berlangsung selama dua bulan," ujar Supran.(ist)








